The Passion of Love



Pembicara Pdt. Budi Santosa

Galatia 5 : 14
Sebab sesungguhnya hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu : “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”

Paulus berbicara kepada jemaat di Galatia agar mereka memiliki pola hidup berjemaat yang mengaplikasikan kasih Allah secara nyata. Pola hidup saling melayani berdasarkan kasih terhadap sesama. Sebaliknya, pola hidup yang bertekun dalam dosa harus ditanggalkan. Dengan kata lain, Paulus ingin menekankan bahwa setiap orang percaya dipanggil bukan untuk hidup egois dan mengejar hawa nafsu pribadi, melainkan untuk peduli dan mengasihi sesama manusia.
Paulus memberikan sebuah contoh praktis dalam Galatia 5 : 15

Galatia 5 : 15
Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.

Matius 18 : 15
Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.

Terdapat kebutuhan yang sangat mendesak untuk mempraktikkan kasih di kalangan jemaat di Galatia, sebab Paulus menunjukkan bahwa di antara mereka terdapat persengketaan dan persaingan pahit. Pertentangan tajam mungkin terjadi di antara orang-orang yang terpengaruh oleh propaganda para penganut legalisme dengan orang-orang yang tidak terpengaruh. Paulus menasehatkan jemaat di Galatia untuk menyelesaikan masalah dengan kasih, tanpa kasih mereka tidak akan mampu menyadarkan orang yang terlibat dalam pertengkaran. Argumentasi tanpa kasih mengakibatkan perpecahan yang berkesinambungan.

Jikalau kita sampai terlibat konflik dalam menjalani kehidupan bersama, jangan sampai kita saling membinasakan. Maksudnya, ketika konflik tak dapat dihindarkan, kita harus selalu menyediakan segudang pengampunan bagi lawan kita. Agar kita terhindar dari dendam dan keinginan untuk membinasakan lawan konflik, serta agar kasih Allah tetap bisa dinyatakan bahkan melalui konflik tersebut.

Yohanes 13 : 34
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.

Hukum baru, yaitu Hukum Kasih, diwahyukan dan diwujudkan melalui Kristus.
Kristus datang ke dunia dan mau mati disalibkan karena Kristus memiliki hasrat untuk memberi kasih.

Hasrat untuk memberi kasih dapat diwujudkan melalui :
·           Memberi kesempatan memperbaiki diri
Sekalipun banga Israel sudah berpaling dari Allah, tetapi janji setia Allah terhadap umat pilihan-Nya tetap dinyatakan melalui karya penebusan Kristus di kayu salib. Tiada kasih yang lebih besar melampaui kasih Allah kepada manusia. Dengan demikian, bukanlah sudah selayaknya ketika kita mendapati saudara seiman kita salah kita memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dengan cara memberikan kepadanya pengampunan.
·           Mutlak pengorbanan
Filipi 2:6-9
6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Tuhan telah berfirman kepada kita untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri dan memberikan teladan kepada kita melalui pengorbanan-Nya di kayu salib yang menunjukkan betapa besar kasih-Nya kepada manusia yang berdosa ini. Tuhan Yesus tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan Allah, tetapi Ia rela mengosongkan diri-Nya dan rela mati sampai mati demi menebus dosa manusia. Marilah kita mengemban firman yang diucapkan Tuhan dengan mengasihi sesama kita seperti mengasihi diri sendiri. Mungkin kita dipertemukan dengan konflik dengan sesama kita, tetapi selesaikan dengan kasih Tuhan karena kita dengan kasih semua masalah akan terselesaikan dengan damai. Mungkin untuk memberikan kasih kita mengalami sakit hati atau dikecewakan, justru di situlah kita belajar memberikan kasih kepada sesama dengan pengorbanan seperti Tuhan menunjukkan kasih-Nya kepada kita.


Resentator
Albert Joseph

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar